MAU TAPI GAK MAU

 


Jujur… rasanya emang pengen banget banget ngerasain jatuh cinta lagi, percaya lagi, tapi bukan untuk berulang kli cukup sekali pada orang yang sama selama-lamanya. Tapi,, lagi-lagi kembali takut. Takut mengulang kisah lama, takut bikin trauma lagi karena trust issue semakin berkembang dan ketakutan bertemu orang yang salah terus terjadi.

“Manusia itu rumit ya, atau aku aja yang rumit?” Ucap Ica pada dirinya sendiri. Si perempuan yang punya trauma terhadap hubungan asmara, sampai pada tahap ya kalo bahagia begini yawda di fase ini aja. Dia sempat kepikiran untuk yawda gak usah ada keluarga baru, gak usah ada rumah tangga gak usah nikah dan gak usah kenal atau jatuh cinta lagi.

Ica, di saat sadar, dia tau kok laki-laki tidak semuanya jahat, hubungan tidak semuanya bullshit, dan harapan untuk bahagia itu selalu ada. Tapii,, jauh di lubuk hatinya yang paliiiiinngg dalam dia menolak semua fakta yang diucapkannya sendiri. Dia terlalu takut, takut akan kenyataan kelak mengulang cerita lama, harus ditinggalin lagi dengan alasan yang ah entahlah, harus nangis lagi dan ngerasain patah hati lagi itu buat dia tuh buang-buang waktu. Dia happy dengan hidupnya sekarang. Walaupun dunia terus-terusan mengejeknya karena belum juga menikah.

“Ma, Ica udah berusaha untuk menjalin hubungan, ica berusaha buat buka hati, ica kenalan dengan ABCDE dan ica udah usaha maaa… tapi kan mama liat sendiri gak ada yang bisa bertahan kan? Apa salah Ica ma???” Begitu jawabnya ketika mamanya mempertanyakan “kenapa sekarang masih betah? Kenapa belum punya pacar?”

“Ica maunya punya suami mah.. Gak mau buang-buang waktu pacaran lagi. Ica insha allah siap kok, tapi ya memang belum ketemu aja” jawabnya. Kemudian mamanya nanya “emang laki-laki seperti apa yang kami mau Ca?”. “Ma, Ica gak aneh-aneh kok. Normal aja kayak yang lain. Mama tau kan yang maunya Ica gimana? Doain aja ya Ma..” 

Lagi-lagi di tengah kesibukannya kerja, Ica ingat moment mamanya nangis karena ngerasa bersalah anaknya belum dapat pasangan. Ica pun sama, sedih tapi dia sudah terlalu “biasa” untuk hal itu. Ica masih senang bekerja, lembur pun tidak masalah karena itu bisa membuatnya lupa akan hal lain. Bahagia baginya, tapi tidak untuk orang tuanya.

Kelak, Ica cuma minta diyakinkan oleh pasangannya bahwa hal buruk tidak akan terjadi, dan jika itu terjadi bukan karena kesalahan pasangan tapi karena masalah lain yang bisa diselesaikan bersama. Yakinkan dia bahwa trauma dan segala sakitnya selesai, dan pasangannya kelak akan membawanya pada kebahagian yang tiap saatnya selalu diisi dengan rasa syukur. Ica hanya perlu laki-laki yang bisa dipercaya tidak akan menyakiti dalam hal apapun, fisik maupun mental. 

Untuk sekarang, entahlah apa yang dirasakan Ica. Dia cuma menjalani cerita hidupnya sekarang. Entah kelak berhenti dimana dan sama siapa. Ica tidak pernah menutup penuh hatinya, tapi tentu saja untuk meluluhkannya tidaklah mudah. Ica sangat menyayangi diri sendiri, sebab itulah dia tidak mau membiarkan hal buruk terjadi bagi dirinya. Egois menurut orang yang tidak tau, tapi itu lebih baik daripada harus berakhir di cerita yang sama.

Komentar

Postingan Populer