Hidup Itu Pilihan

Hidup ini pilihan, kita yang menentukan mau jadi apa nantinya. Tentu saja campur tangan Tuhan takkan pernah luput.
Kita selalu disuguhkan dengan beberapa pilihan menarik. Contohnya pas jalan-jalan ke toko baju, tentu pilihan yang diberikan beragam. Mulai dari model, warna, bahan,dan harga yang ditawarkan. Biasanya, kita disuruh "milih" mau yang mana? Dan "nyobain" apa yang udah kita pilih. Karena biasanya, yang enak diliat, belum tentu enak dipakenya. Dan kalo udah sreg,harga berapapun, kita akan beli, karena merasa "inilah pilihanku yang tepat". Sering juga kan liat ajang pencarian bakat, atau apapun acara tv yang pake sistem "vote" presenternya pasti ngomong " TENTUKAN PILIHANMU SEKARANG!

Nah, sama kayak kerjaan. Kita disuguhkan dengan banyak pilihan. Kamu mau jadi apa? Jadi pilot? Polisi? Kerja kantoran? Pengusaha? Dokter? Bussinessman?? Ya kita yang pilih sendiri. Trus kita cobain pilihan kita ini. Pertanyaannya : Gimana cara kita "nyobain" pekerjaan kayak kita nyobain baju tadi?. Jawabannya adalah dengan belajar, ilmu yang banyak. Jadi maksudnya, nyobain disini adalah mempelajari seluk beluk pekerjaan yang jadi pilihan kita. Kita dikasih kesempatan sekolah, kuliah, kursus, belajar otodidak, dll. itu semua adalah fasilitas kita dalam "nyobain" kerjaan. Kalo udah cocok berarti "kita sudah memilih pekerjaan yang tepat". Jadi, walau gimanapun resiko kerjaan ya kita bakalan tetep enjoy jalaninnya.


Hidup itu pilihan kawan.
Pas kerja yang sudah nyamanpun kita tetap ditantang dengan pilihan yang baru, yaitu " bersedia keluar dari zona nyamanmu ke jalur yang mungkin sangat berbeda namun memberikan hasil yang lebih" atau "tetap berada di zona nyamanmu, dengan rutinitas seperti biasa, semua dijalankan seperti biasanya dengan hasil yang selamanya akan terus seperti itu". Kebanyakan orang sepertinya akan memilih opsi kedua, karena takut dengan resiko-resiko yang nantinya akan dihadapi. Hanya sebagian kecil dari mereka yang memilih opsi pertama, karena mereka suka tantangan. Bagi yang memilih opsi kedua, mungkin merasa sudah terlalu lama jiwanya merasa "nyaman" dan ingin memulai sesuatu yang baru, dan terus berfikir positif bahwa langkahnya akan terus disertai Tuhan.


Hidup ini pilihan.
Ketika aku melihat banyak sekali orang-orang yang bukan hanya sekedar "melirik" ke Oriflame, tapi juga memeluk erat Oriflame. Kalian tau, ada pemilik toko kue ternama yang resign dari pekerjaannya, dan beralih ke Oriflame dengan alasan "tak sempat membacakan dongeng untuk anaknya". Padahal bisnis kue yang beliau kerjakan hasilnya sangat luar biasa, dan sudah menjadi "zona nyaman" baginya selama bertahun-tahun. Ada juga seorang ibu-ibu yang resign jadi TKI yang merupakan pilihannya ke bisnis Oriflame, dengan alasan "lebih dekat dengan keluarga". Ada juga bapak-bapak, yang resign dari pekerjaannya kantorannya dan ngerjain bisnis Oriflame bersama istri dan tetap dekat dan punya banyak waktu sama anak-anaknya. Ada juga pria, pekerja kantoran yang memilih untuk "tidak keluar dari zona nyaman, namun membuka peluang  baru bersama Oriflame", jadi beliau menjalankan dua pekerjaan sekaligus dengan hasil yang memuaskan. :)


Hidup ini pilihan.
Ketika aku memilih "ya, saya bergabung di oriflame" setahunan yang lalu (April 2013). Sebelumnya udah pernah dikasih kesempatan Oriflamean, namun entah kenapa masih belum mau "mencoba sesuatu yang baru".
Dan setelah dicoba, melihat lebih dekat, belajar lebih jauh, aku berkata "Ya, Ini pilihanku yang tepat".

Lalu, bagaimana dengan pilihanmu? Sudah menentukan pilihan? Atau malah tidak mau memilih apapun dan menolak semua kesempatan? Emmm,,,kalo itu pilihanmu ya wassalam, gak akan gerak kemana-mana, bakalan tetap berada di anak tangga yang sama. :p



Komentar

Postingan Populer